7 Januari 2013

PMS (Sindroma Premenstrual)

Apa itu Sindroma Premenstrual (PMS)?
PMS adalah berbagai gejala fisik dan nonfisik yang dialami seorang perempuan, akibat reaksi tubuh terhadap fluktuasi kadar hormon yang terjadi menjelang menstruasi. Secara medis, hingga kini dilaporkan sekitar 100 gejala PMS, tetapi yang paling sering dialami adalah: Nyeri dan Kram perut, payudara kencang dan nyeri, kecanduan makanan tertentu, perubahan mood, mudah marah dan tersinggung, merasa depresi, perubahan nafsu makan, sakit kepala ringan, sulit berkonsentrasi,gangguan jerawat pada wajah bahkan gampang lelah dan susah tidur. 

Apa Penyebab Sindroma Premenstrual (PMS)?
Sampai saat ini penyebabnya belum begitu jelas diketahui. Tapi ada kemungkinan hal tersebut erat kaitannya dengan perubahan hormonal dalam tubuh.   

Bagaimana Cara Mengatasi Sindroma Premenstrual (PMS)?
  • Kurangi makanan bergaram, seperti kentang goreng, kacang-kacangan, dan makanan berbumbu, untuk mengurangi penahanan air berlebih.
  • Kurangi makanan berupa tepung, gula, kafein, coklat.
  • Perbanyak makanan yang mengandung kalsium dan vitamin C dosis tinggi, seminggu sebelum menstruasi.
  • Makan makanan berserat dan perbanyak minum air putih.
  • Jika menstruasi cukup banyak mengeluarkan darah, perbanyak makan makanan atau suplemen yang mengandung zat besi agar terhindar dari anemia
cuplikan tulisan diatas saya ambil dari situs Laurier karna saya yakin itu informasi yang sangat berguna buat para perempuan, ada kalimat yang saya garis bawah dan di blok "Nyeri& Kram perut" saat pms itu yang sering di rasain para cewe memang ga semua cewe dan bersyukurlah kalian para cewe yang pms-nya gak ngerasain nyeri &kram perut.

yahh... kebetulan saya 1 di antara 1000 perempuan yang yang ngerasain sakitnya Nyeri&Kram perut itu, hampir semua obat udah pernah di coba, sampe ke dokter juga udah pernah, kata dokter suru di rongsen biar keliatan masalahnya, tapi saya ga suka bau rumah sakit + takut sama yang namanya rumah sakit. dari daftar nama pasien, suru nunggu lama buat di panggil, masuk ruang dokternya sampe di oper lagi ke ruang rongsen di tambah lagi kalo itu terjadi pas di saat hari pertama dan kedua mens, yang ada saya bisa gebukin itu dokter dan seisi rumah sakit karena lagi nahan sakitnya perut dan masih di suru jalan2 dan sabar nunggu giliran di panggil????? NO, GA BISA!!!! udah keburu ga bisa bangun!!!!!!! jadi saya putuskan buat pulang aja, tapi pas di jalan pulang saya inget obat yang dulu pernah di kasih dokter kantor pas saya lagi magang, tapi lupa namaya, cuma inget tulisannya warna merah.

saya mampir ke apotik besar karna di pikiran saya apotik besar pasti lengkap saya bilang sama mba yang ngelayanin saya di apotik, "mba saya cari obat nyeri haid bentuknya strip silver tulisannya warna merah, tapi saya lupa namaya" mba-nya binggung dia tanya sama perempuan agak tua, teryata itu apotekernya dan apotekernya langsung kasih saya ini...

namaya SPASMINAL obat ini buat nyeri perut kata apotekernya, tapi dia ga bisa ngilangin 100% sakit perutnya hanya meringgankan rasa nyeri perutnya, pas sampe rumah langsung saya minum dan hasilya emang bener ga ngilangin cuma meringgankan aja tapi syukurlah karna jadi bisa di ajak buat jalan.
sebelumnya saya pernah minum fem*nax tapi kata orang obat itu keras, dan saya juga ga tau dari segi komposisi apanya yang keras, pernah juga minum v*ta fem free herbal, mens*na, f*mona herbal tapi tetep aja gak ngefek buat perut saya. kalo minum ini alhamdulilah mendingan. tapi ga cuma sampe di situ aja saya juga cari info tentang si spasminal ini di om google dan dapet situsnya HEXPHARM PT si pemilik spasminal ini. terimakasih..... :P
 *saya membuat tulisan ini hanya untuk berbagi tidak ada maksud untuk memberikan dampak buruk bagi siapapun* 



Inflasi

Definisi Inflasi

Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu tertentu . Menurut para pakar beberapa pengertian mengenai inflasi:
1.    Menurut Nopirin (1987:25)
Proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama peride tertentu.
2.       Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998: 578-603)
Inflasi dinyatakan sebagai kenaikan harga secara umum. Jadi tingkat inflasi adalah tingkat perubahan harga secara umum yang dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Rate of inflation (year t) = Price level (year t)- price level (year t-l) :
Price level (year t-l)
Komponen Inflasi
Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, Prathama dan Mandala (2001:203)
1.    Kenaikan harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi darpada harga periode sebelumnya.
2.    Bersifat umum
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga secara umum naik.
3.    Berlangsung terus menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan
Tingkat Inflasi
Kondisi inflasi menurut Samuelson (1998:581), berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1.       Merayap (Creeping Inflation)
Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama.
2.       Inflasi menengah (Galloping Inflation)
Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang arrinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.
3.       Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)
Inflasi yang paling parah dengan dtandai dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit
anggaran belanja.
Faktor - faktor yang mempengaruhi Inflasi
Menurut Samuelson dan Nordhaus, ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi:
a)      DemandPull Inflation
Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan pennintaan agregat.
b)      Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation
Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif.
Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh :
a)      Domestic Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara
umum di dalam negeri.
b)      Imported Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang
import secara umum
Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Sebagai gejala historis maka tingkat inflasi di Indonesia lebih tinggi daripada di negara tetangga ASEAN seperti Thailand dan Malaysia. Mengapa?  Dan Apakah ini menguntungkan kehidupan serta pembangunan ekonomi?   Pada umumnya tidak.  Kinerja ekonomi dan laju pertumbuhan PDB di Thailand dan Malaysia lebih tinggi daripada di Indonesia.  Di Asia Tenggara Indonesia lebih mirip Filipina.  Inflasi di Filipina juga lebih tinggi (sedikit) daripada di Thailand dan Malaysia, dan laju pertumbuhan ekonomi Filipina juga di bawah Thailand dan Malaysia.

Kinerja ekonomi mana lebih baik, di Indonesia atau di Filipina?  Ini agak susah dijawab.  Mungkin Filipina lebih baik sedikit.  Filipina sesudah perang dunia kedua sudah mempunyai pendapatan per kapita yang lebih tinggi daripada kebanyakan negara ASEAN, akan tetapi sesudah itu di lampaui oleh Thailand dan Malaysia.  Sekarang pendapatan orang di Filipina mungkin masih lebih tinggi sedikit daripada di Indonesia, akan tetapi perbedaannya tidak banyak.  Filipina sering disebut “the sick man of Asia”, dan akar penyakitnya ada di struktur sosialnya.  Tetapi struktur sosial di Indonesia lain daripada di Filipina, yang dikuasai oleh sekelompok tuan tanah yang besar, antara lain keluarga Presiden.

Mungkin kelebihan di Malaysia dan Thailand (dibandingkan Indonesia) adalah peran unsur penduduk Tionghoanya di perekonomiannya lebih besar.  Di Indonesia penduduk etnis Tionghoa juga menguasai ekonomi tetapi tidak punya pengaruh politik.  Di Indonesia politik ada di tangan penduduk golongan pribumi yang mayoritas.  Mungkin perbedaan ini menyebabkan kualitas politik ekonomi di Indonesia lain daripada di Thailand dan Malaysia. Maka mungkin juga akar inflasi yangtinggi ada di keadaan sosial-politik ini.

Golongan pribumi adalah mayoritas akan tetapi yang berpendapatannya lebih rendah,  Salah suatu ciri orang miskin adalah punya nafsu mengkonsumsi lebih banyak dibandingkan pendapatan riilnya.  Kalau masyarakat mau mengeluarkan uang lebih banyak daripada nilai produksinya maka harga-harga akan naik. Inilah sumber inflasi di Indonesia. 
Inflasi di Indonesia di zaman Suharto pun lebih tinggi daripada di Malaysia dan Thailand, walaupun tingkat inflasi di zaman Suharto sudah jauh lebih rendah daripada di zaman Bung Karno.  Itu akibat perubahan policy dari team ekonomi yang dikendalikan oleh Prof. Widjojo dan Ali Wardhana.  Mereka berhasil mengurangi inflasi yang sebelumnya ratusan persen setahun dan merupakan runaway inflation.  Senjatanmya adalah balanced budget, anggaran pemerintah yang berimbang.  Rumus ini cukup berhasil. 
Di zaman Orde Baru itu maka belum ada ketentuan bahwa Bank Indonesia mempunyai misi utama menjaga nilai rupiah, alias pengekangan inflasi.  Baru setelah Reformasi tahun 1998 ketentuan demikian dituangkan dalam undang-undang yang menjaga independensi Bank Indonesia sebagai
bank sentral.  Ini banyak membantu untuk mengurangi inflasi.
Apakah lalu kebijakan anggaran belanja pemerintah menjadi sumber inflasi?  In prinsip, tidak.  Karena prinsip anggaran belanja yang berimbang masih dipertahankan.  Akan tetapi, dalam praktek ini belum merupakan jaminan. APBN yang meningkat, walaupun tetap berimbang, dampaknya inflator. Prinsip anggaran berimbang tidak boleh dipegang terlalu kaku. Misalnya, akhir tahun 2005 ada kelebihan penerimaan besar karena sebagian subsidi BBM dihapus.  Jumlah ini lalu “dipaksakan” menjadi pengeluaran pemerintah atas nama anggaran yang berimbang.  Policy demikian ikut meniup inflasi.  Sebetulnya anggaran belanja pemerintah harus diperbolehkan mengumpulkan surplus yang dampaknya akan deflator.
Akan tetapi, selalu ada tekanan dari masyarakat agar pemerintah mengeluarkan uang lebih banyak untuk pembangunan, atau untuk membantu sektor pendidikan dan kesehatan.  Di sinilah pemerintah terjebak “gejala orang miskin” yang selalu mau hidup di atas kemampuan penghasilannya.
Idée fix masyarakat adalah kalau pemerintah meningkatkan pengeluaranya untuk pembangunan maka laju pertumbuhan ekonomi akan naik. Ini salah pikir.  Yang lebih menentukan tingkat laju pertumbuhan ekonomi adalah total investasi di masyarakat, termasuk dari swasta dalam dan luar negeri. Jumlah ini tidak akan optimal kalau iklim moneternya serba inflator, yang mengganggu stabilitas ekonomi dan menambah resiko. 
Kemakmuran yang dibawa oleh inflasi adalah semu. Orang merasa lebih kaya oleh karena pegang uang lebih banyak.  Akan tetapi nilai uang merosot sehingga akhirnya orang atau masyarakat itu menjadi lebih miskin.
Inflasi Indonesia Bergerak Naik

Laju inflasi tahun depan akan meningkat karena dorongan inflasi mulai makin meninggi dalam beberapa tahun terakhir akibat penyesuaian terhadap "administered prices". Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution menyatakan prediksinya dalam asumsi makro ekonomi RAPBN 2011.(05/10)

Harga yang ditetapkan pemerintah (administered price) yang dimaksud antara lain faktor tarif dasar liistrik dan tarif tol maupun sektor jasa lainnya. Dengan adanya kondisi ini BI sebagai badan moneter tetap berusaha menjaga laju inflasi dengan mengusahakan uang beredar tidak terlalu banyak hingga
mengubah kebijakan dengan menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM).

Kebijakan menaikkan gira wajib minimum akan menurunkan jumlah uang beredar sehingga meredam inflasi. Selain itu, BI juga tetap mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) tetap berada
pada angka 6.5 persen.
Pernyataan yang mendukung juga diungkapkan oleh kepala BPS Rueman Heriawan. Dikatakannya bahwa laju inflasi sebesar 2.78 persen pada 2008 sulit dicapai kembali, karena angka inflasi tersebut terbantu oleh adanya krisis global. Berdasarkan pengalaman dalam sepuluh tahun terakhir, apabila pertumbuhan ekonomi ditargetkan diatas enam persen, maka laju inflasi tidak mencapai angka dibawah lima persen.
Pemerintah dalam RAPBN 2011 menetapkan asumsi pertumbuhan ekonomi 6,3 persen, nilai tukar Rp9.300 per dolar AS, inflasi 5,3 persen, suku bunga SBI tiga bulan 6,5 persen, harga minyak 80 dolar AS per barel, dan lifting 0,970 juta liter per hari.
Inflasi September Capai 0.44 Persen
Inflasi bulan September 2010 mencapai 0.44 persen yang terutama dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi sandang bersamaan dengan Idul Fitri. Dengan demikian inflasi tahun kalender selama Januari hingga September sebesar 5.28 persen, sedangkan inflasi (yoy) dibandingkan tahun lalu sebesar 5.08 persen. 
  
Data Inflasi Indonesia 2010

Pada bulan Mei 2010 terjadi inflasi sebesar 0,29 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 118,71. Dari 66 kota, 58 kota mengalami inflasi dan 8 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Maumere 1,51 persen dengan IHK 130,75 dan terendah terjadi di Jambi 0,01 persen dengan IHK 119,33. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Manokwari 1,61 persen dengan IHK 131,87 dan terendah terjadi di Banda Aceh dan Ambon masing-masing 0,07 persen dengan IHK masing-masing 117,36 dan 120,52.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan 0,49 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,34 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,09 persen; kelompok sandang 1,19 persen; kelompok kesehatan 0,11 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,02 persen dan kelompok transpor, komunikasi & jasa keuangan 0,02 persen. Laju inflasi tahun kalender (Januari-Mei) 2010 sebesar 1,44 persen dan laju inflasi year on year (Mei 2010 terhadap Mei 2009) sebesar 4,16 persen.

Komponen inti pada bulan Mei 2010 mengalami inflasi sebesar 0,25 persen, laju inflasi komponen inti tahun kalender (Januari-Mei) 2010 sebesar 1,23 persen dan laju inflasi komponen inti year on year (Mei 2010 terhadap Mei 2009) sebesar 3,81 persen. 

Inflasi 2011 Bakal Membengkak

BANDUNG - Bank Indonesia (BI) menilai tingkat inflasi pada 2011 akan lebih besar daripada yang telah diperkirakan semula. Dalam RAPBN 2011, BI mengasumsikan tingkat inflasinya mencapai 5,3 persen.
"Kalau berdasarkan asumsi makro, tekanan inflasi akan cenderung lebih tinggi sedikit dari RAPBN 2011," ungkap Gubernur BI Darmin Nasution selepas acara Upacara Pelantikan dan Serah Terima Jabatan Pemimpin Bank Indonesia Bandung, di Kantor Bank Indonesia Bandung, Jalan Braga Bandung, Rabu (27/10/2010).
Darmin menganggap tantangan inflasi di tahun depan tidak kecil. Masih ada potensi tekanan harga dari komoditas pangan dan beberapa negara memberlakukan pembatasan ekspor beberapa jenis pangan. Misalnya Rusia dan Ukraina yang membatasi ekspor gandum.
Kemudian, ketidakjelasan musim juga akan membuat harga bumbu-bumbuan melonjak. Belum lagi dengan rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL) sebesar 15 persen yang akan diterapkan pemerintah. Begitu juga dengan isu adanya kenaikan gas.
"Tapi inflasi sebesar 5,3 persen belum menghitung administered price. Sehingga diperkirakan akan lebih tinggi lagi," jelasnya.
Meski belum mengungkapkan nilai prediksi pasti tentang tingkat inflasi 2011, Darmin menjelaskan tingkat inflasinya akan dijaga di level 5 plus minus satu persen. "Kemungkinan di bawah enam persen dan di atas 5,3 persen," tutupnya.
Indonesia Rentan Inflasi
Indonesia sangat rentan dengan inflasi. Ada banyak faktor yang menyebabkan tingginya tingkat inflasi ini. Sumber penyebabnya bisa berasal dari sisi pemerintah, sisi penawaran, hingga dari sisi permasalahan struktur pasar perekonomian.
 “(Karenanya) perlu ada sinergi kebijakan yang komperhensif untuk mengendalikan inflasi ini. Sinergitas tersebut harus meliputi kebijakan ekonomi makro dan mikro, kebijakan moneter, keuangan negara (fiskal) serta kebijakan sektoral dan kewilayahan,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI), Darmin Nasution, saat Rapat Kerja dengan Komisi XI dengan agenda pembahasan asumsi Makro dalam RUU APBN 2011.
Sejak tahun 2005, sebut Darmin Bank Indonesia bersama pemerintah telah membentuk Tim Koordinasi Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI). Tim yang beranggotakan BI, Kemenkeu, Menkoperekonomian, Bapennas, Kemendag, Kementan, Kemenhub, KemenESDM, dan Kemenakertrans itu sebagai upaya koordinatif yang dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dalam mengendalikan inflasi. Di level teknis, TPI melakukan pertemuan rutin bulanan dengan agenda melakukan pembahasan terhadap hasil monitoring perkembangan inflasi dan mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya.
"Jika penyebabnya terkait dengan masalah moneter, maka respon kebijakan moneter oleh BI. Atau jika penyebab inflasi dari faktor di luar maka respon kebijakan tentunya memerlukan dukungan dari pemerintah," sebutnya.
Tidak saja di tingkatan pusat, pemerintah daerah juga ikut dilibatkan. koordinasi dan sinergi kebijakan dengan daerah perlu ada karena inflasi daerah punya peran strategis terhadap inflasi nasional. Misalnya tercermin pada besarnya bobot sumbangan inflasi daerah (di luar DKI Jakarta) yang mencapai sekitar 77 persen dari bobot inflasi daerah.
Upaya menurunkan ekspektasi inflasi masyarakat tidak bisa diatasi hanya dengan kebijakan moneter BI. Tetapi juga terkait dengan keberhasilan menjaga kestabilan harga. “Kewenangan kebijakan moneter yang dapat ditempuh BI lebih terkait dalam upaya mengendalikan tekanan yang berasal dari sisi permintaan (demand management) saja.
 
Eccy Rahma | eccyrahma.blogspot.com |