Pertanian
dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan
makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan
manusia. Dalam arti sempit, pertanian juga diartikan sebagai kegiatan
pemanfaatan sebidang lahan untuk membudidayakan jenis tanaman tertentu,
terutama yang bersifat semusim.
Usaha
pertanian diberi nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu. Kehutanan adalah
usaha tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan
yang setengah liar atau liar (hutan). Peternakan menggunakan subjek hewan darat
kering (khususnya semua vertebrata kecuali ikan dan amfibia) atau serangga
(misalnya lebah). Perikanan memiliki subjek hewan perairan (termasuk amfibia
dan semua non-vertebrata air). Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai
subjek ini bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan keuntungan.
Pertimbangan akan kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspek konservasi
sumber daya alam juga menjadi bagian dalam usaha pertanian.
Semua
usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan
dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan
benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan
dan pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua
aspek ini dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka
ia melakukan pertanian intensif (intensive farming). Usaha pertanian yang dipandang
dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan kebijakan yang
mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai
intensifikasi. Karena pertanian industrial selalu menerapkan pertanian
intensif, keduanya sering kali disamakan.
Sisi
yang berseberangan dengan pertanian industrial adalah pertanian berkelanjutan
(sustainable agriculture). Pertanian berkelanjutan, dikenal juga dengan
variasinya seperti pertanian organik atau permakultur, memasukkan aspek
kelestarian daya dukung lahan maupun lingkungan dan pengetahuan lokal sebagai
faktor penting dalam perhitungan efisiensinya. Akibatnya, pertanian
berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang lebih rendah daripada pertanian
industrial.
Pertanian
modern masa kini biasanya menerapkan sebagian komponen dari kedua kutub
"ideologi" pertanian yang disebutkan di atas. Selain keduanya,
dikenal pula bentuk pertanian ekstensif (pertanian masukan rendah) yang dalam
bentuk paling ekstrem dan tradisional akan berbentuk pertanian subsisten, yaitu
hanya dilakukan tanpa motif bisnis dan semata hanya untuk memenuhi kebutuhan
sendiri atau komunitasnya.
Sebagai
suatu usaha, pertanian memiliki dua ciri penting: selalu melibatkan barang
dalam volume besar dan proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua
ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau
beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu
tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya
budidaya alga, hidroponika) telah dapat mengurangi ciri-ciri ini tetapi
sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.
1.2 Alasan Memilih Judul
Sektor pertanian di Indonesia sekarang sangat
menghawatirkan, jumlah kepadatan penduduk mungkin jadi salah satu penyebabnya, karna setiap tahun semakin
meningkat. Itu berarti beras pun semakin banyak di butuhkan. Indonesia sekarang
sudah tidak bisa lagi mengekspor beras keluar negeri padahal dulu Indonesia
sebagai Negara peng-ekspor beras dan gula terbesar di dunia.sekarang Indonesia
harus kekurangan beras. Alasannya jelas terlihat sudah jarang lahan pertanian
di mana-mana. Para investor asing berlomba-lomba berinvestasi besar besaran,.
Mereka mencari lahan pertanian untuk di jadikan perusahaan, perumahan elite,
atau apartement.
Salah satu contoh adalah kabupaten karawang,sebagai kota transit dari ibukota jakata ke wilayah jawa bagian tengah dan
timur karawang memiliki potensi sangat cemerlang baik dari segi industri
ataupun segi yang lainnya, sehubungan
dengan kota transit tersebut tak ayal membuat kabupaten karawang di jejali
banyak sekali pabrik baik pabrik berskala nasional maupun multinasional, hampir 83% nya adalah kawasan industri, inilah beberapa
kawasan industri di kabupaten karawang seperti :
1) Karawang International
Industrial City (KIIC)
2) Kawasan Industri Suryacipta
Karawang
3) Kawasan Industri Mitra
4) Kawasan Industri Bukit Indah
City (BIC)
kawasan
industri tersebut memiliki akses langsung ke jalan tol sehingga tak ayal para
investor untuk menanamkan sahamnya di kabupaten karawang ini.
Penulis sempat bertanya pada salah satu warga karawang mengapa warga menjual
lahan pertaniannya kepada penjual?? Jawabannya sangat memprihatinkan, “mereka sudah
tua, anak-anaknya lebih memilih kerja di perusahaan dengan gaji pasti setiap
bulannya. lagi pula air sudah susah, belum lagi kalau banjir. harga bibit dan
pupuk juga semakin tinggi, susah mendapatkan modal untuk terus manggarap lahan
ini, modal besar untung tak seberapa” kata salah satu warga di daerah karawang.
Mungkin separuhnya warga karawang masih tetap setia terhadap lahan
pertaniaannya sampai saat ini, tapi akan bertahan sampai kapan mereka? Dengan
pengerusan yg terus menerus datang perlahan tapi pasti, semakin banyak saja
perusahaan asing berdiri kokoh di sepanjang jalan tol karawang. Yang mempunyai
julukan daerah “Lumbung Padi” tersebut.
Itu alasan saya memilih topik tentang sektor pertanian di Indonesia,
karna semakin lama lahan pertanian yg dulu banyak sekarang hanya tinggal nama
karna tergerus oleh waktu. Lama kelamaan lahan pertanian di Indonesia akan
habis di jarah oleh para investor asing. Dan masih jarang investor yg
memperdulikan lingkungan sekitarnya (ramah lingkungan). yang lebih di
sayangkannya pemerintah sama sekali tidak perduli dengan mereka. Pemerintah
hanya mau datang/sidak langsung bila baru ada berita heboh” HAGA BERAS MELONJAK
NAIK” atau saat berdekatan dengan Hari Raya.
1.3 Perumusan Masalah
Dalam Makalah ini akan di bahas tentang sektor pertanian yang ada di
Indonesia, program apa saja yang seharusnya di jalankan pemerintah untuk
meningkatkan sector pertanian.. sehingga pemerintah tidak perlu beras impor
lagi untuk Indonesia.
Jadi yang menjadi pokok permasalahan dalam makalah ini adalah “Apakah
pemerintah dapat memberi solusi terbaik untuk sektor pertanian dan kawasan
industri?
1.4 Tujuan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah supaya lebih menetahui sektor
pertanian Indonesia yang semakin lama semakin habis, dan berubah menjadi
pabrik-pabrik, atau perumahan-perumahan elit. Oleh sebab itu di makalah ini
juga terdapat cara peningkatan agribisnis dan starategi pembangunan pertanian
belajar dari pengalaman Negara lain supaya Indonesia tidak harus ketergantungan
beras import.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk membentuk kesatuan yang sistematis dalam makalah ini, maka penulis
menyusun sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini, penulis menguraikan materi yang meliputi
alasan memilih judul, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Pada bab ini di bahas tentang perkembangan sector
pertanian, sektor pertanian di Indonesia, program peningkatan ketahanan pangan,
program pengembangan agribisnis, program peningkatan kesejahteraan petani,
sampai strategi pembangunan pertanian belajar dari pengalaman Negara lain.
BAB III PENUTUP
Pada bab ini penulis menudan saran-saran dari seluruh
uraian pembahasan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PERKEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN
Menurut
Kuznets, Sektor pertanian mengkontribusikan terhadap pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi nasional dalam 4 bentuk, yaitu :
a) Kontribusi Produk contohnya :
Penyediaan makanan utk pddk, penyediaan Bahan baku untuk industri manufaktur.
contohnya
, seperti industri tekstil, barang dari kulit, makanan dan minuman.
b) Kontribusi Pasar contohnya
:Pembentukan pasar domestik untuk barang industri dan konsumsi.
c) Kontribusi Faktor Produksi
menyebabkan Penurunan peranan pertanian di pembangunan ekonomi, maka terjadi
transfer surplus modal dari sector pertanian ke Sektor lain
d) Kontribusi Devisa : Pertanian
sebagai sumber penting bagi surplus neraca perdagangan (NPI) melalui ekspor
produk pertanian dan produk pertanian yang
menggantikan produk impor.
Kontribusi Produk.
Dalam
system ekonomi terbuka, besar kontribusi produk sector pertanian bisa lewat
pasar dan lewat produksi dg sector non pertanian. Dari sisi pasar, Indonesia
menunjukkan pasar domestic didominasi oleh produk
pertanian dari LN seperti buah, beras dan sayuran hingga daging. Dari sisi keterkaitan
produksi, Industri kelapa sawit &
rotan mengalami kesulitan bahan baku di dalam negeri, karena Bahan baku dijual
ke luar negeri dengan harga yang lebih mahal.
Kontribusi
Pasar.
Negara
agraris merupakan sumber bagi pertumbuhan pasar domestic untuk produk non
pertanian seperti pengeluaran petani untuk produk industri (pupuk, pestisida,
dll) dan produk konsumsi (pakaian,mebel, dan lain-lain) Keberhasilan kontribusi pasar
dari sector pertanian ke sector non pertanian tergantung dari beberapa hal
berikut, yaitu :
Ø Pengaruh keterbukaan ekonomi :
Membuat pasar sector non pertanian tidak
hanya disi dengan produk domestic, tapi juga impor sebagai pesaing, sehingga
konsumsi yang tinggi dari petani tidak menjamin pertumbuhan yang tinggi sector
non pertanian.
Ø Jenis teknologi sector
pertanian : Semakin modern, maka semakin tinggi demand produk industri non
pertanian.
Kontribusi
Faktor Produksi.
Faktor
produksi yang dapat dialihkan dari sector pertanian ke sektor lain tanpa
mengurangi volume produksi pertanian adalah Tenaga kerja dan Modal.
Di Indonesia hubungan investasi pertanian dan non pertanian harus ditingkatkan agar ketergantungan Indonesia pada pinjaman Luar negeri menurun. Kondisi yang harus dipenuhi untuk merealisasi hal tersebut adalah :
Di Indonesia hubungan investasi pertanian dan non pertanian harus ditingkatkan agar ketergantungan Indonesia pada pinjaman Luar negeri menurun. Kondisi yang harus dipenuhi untuk merealisasi hal tersebut adalah :
Ø Harus ada surplus produk
pertanian agar dapat dijual ke luar sectornya.
Market surplus ini harus tetap dijaga dan hal ini juga tergantung kepada factor
penawaran yaitu Teknologi, infrastruktur dan sumber daya manusia dan factor
permintaan seperti nilai tukar produk pertanian dan non pertanian baik di pasar
domestic dan Luar negeri.
Ø Petani harus net savers yaitu
Pengeluaran konsumsi oleh petani lebih kecil daripada produksi
Ø Tabungan petani harus lebih
besar dari investasi sektor pertanian.
Kontribusi
Devisa.
Kontribusinya
melalui 2 cara , yaitu :
ü Secara langsung dengan mengekspor produk
pertanian dan mengurangi impor.
ü Secara tidak langsung dengan peningkatan ekspor dan
pengurangan impor produk berbasis pertanian seperti tekstil, makanan dan
minuman.
Kontradiksi
kontribusi produk dan kontribusi devisa akan meningkatkan ekspor produk
pertanian, dan menyebabkan suplai dalam negeri berkurang dan disuplai dari
produk impor. Peningkatan ekspor produk pertanian berakibat negative terhadap
pasokan pasar dalam negeri. Untuk menghindari trade off ini 2 hal yang harus
dilakukan, yaitu :
a) Peningkatan kapasitas
produksi.
b) Peningkatan daya saing produk
produk pertanian
2.2 SEKTOR
PERTANIAN DI INDONESIA
Struktur
perekonomian Indonesia merupakan topik strategis yang sampai sekarang masih
menjadi topik sentral dalam berbagai diskusi di ruang publik. Gagasan mengenai
langkah-langkah perekonomian Indonesia menuju era industrialisasi, dengan
mempertimbangkan usaha mempersempit jurang ketimpangan sosial dan pemberdayaan
daerah, sehingga terjadi pemerataan kesejahteraan kiranya perlu kita evaluasi
kembali sesuai dengan konteks kekinian dan tantangan perekonomian Indonesia di
era globalisasi.
Tantangan
perekonomian di era globalisasi ini masih sama dengan era sebelumnya, yaitu
bagaimana subjek dari perekonomian Indonesia, yaitu penduduk Indonesia
sejahtera. Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, sekarang ada
235 juta penduduk yang tersebar dari Merauke sampai Sabang. Jumlah penduduk
yang besar ini menjadi pertimbangan utama pemerintah pusat dan daerah, sehingga
arah perekonomian Indonesia masa itu dibangun untuk memenuhi kebutuhan pangan
rakyatnya.
Berdasarkan
pertimbangan ini, maka sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur
perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka
kita mulai mencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi, dengan
pertimbangan sektor pertanian kita juga semakin kuat.
Seiring
dengan transisi (transformasi) struktural ini sekarang kita menghadapi berbagai
permasalahan. Di sektor pertanian kita mengalami permasalahan dalam
meningkatkan jumlah produksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian
di Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena semakin terbatasnya lahan yang dapat
dipakai untuk bertani. Perkembangan penduduk yang semakin besar membuat
kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung kehidupan
masyarakat juga bertambah. Perkembangan industri juga membuat pertanian beririgasi
teknis semakin berkurang.
Selain
berkurangya lahan beririgasi teknis, tingkat produktivitas pertanian per
hektare juga relatif stagnan. Salah satu penyebab dari produktivitas ini adalah
karena pasokan air yang mengairi lahan pertanian juga berkurang. Banyak waduk
dan embung serta saluran irigasi yang ada perlu diperbaiki. Hutan-hutan tropis
yang kita miliki juga semakin berkurang, ditambah lagi dengan siklus cuaca El
Nino-La Nina karena pengaruh pemanasan global semakin mengurangi pasokan air
yang dialirkan dari pegunungan ke lahan pertanian.
Sesuai dengan permasalahan aktual yang kita hadapi masa kini, kita akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri. Di kemudian hari kita mungkin saja akan semakin bergantung dengan impor pangan dari luar negeri. Impor memang dapat menjadi alternatif solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan kita, terutama karena semakin murahnya produk pertanian, seperti beras yang diproduksi oleh Vietnam dan Thailand. Namun, kita juga perlu mencermati bagaimana arah ke depan struktur perekonomian Indonesia, dan bagaimana struktur tenaga kerja yang akan terbentuk berdasarkan arah masa depan struktur perekonomian Indonesia.
Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76 persen (BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.
Sesuai dengan permasalahan aktual yang kita hadapi masa kini, kita akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri. Di kemudian hari kita mungkin saja akan semakin bergantung dengan impor pangan dari luar negeri. Impor memang dapat menjadi alternatif solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan kita, terutama karena semakin murahnya produk pertanian, seperti beras yang diproduksi oleh Vietnam dan Thailand. Namun, kita juga perlu mencermati bagaimana arah ke depan struktur perekonomian Indonesia, dan bagaimana struktur tenaga kerja yang akan terbentuk berdasarkan arah masa depan struktur perekonomian Indonesia.
Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76 persen (BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.
Sedangkan
pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di sektor keuangan, asuransi,
perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa
pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor
pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orang yang
bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan sektor
keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling tinggi.
Data
ini juga menunjukkan peran penting dari sektor pertanian sebagai sektor tempat
mayoritas tenaga kerja Indonesia memperoleh penghasilan untuk hidup. Sesuai
dengan permasalahan di sektor pertanian yang sudah disampaikan di atas, maka
kita mempunyai dua strategi yang dapat dilaksanakan untuk pembukaan lapangan pekerjaan
bagi masyarakat Indonesia di masa depan.
Strategi
pertama adalah melakukan revitalisasi berbagai sarana pendukung sektor
pertanian, dan pembukaan lahan baru sebagai tempat yang dapat membuka lapangan
pekerjaan baru bagi masyarakat Indonesia. Keberpihakan bagi sektor pertanian,
seperti ketersediaan pupuk dan sumber daya yang memberikan konsultasi bagi
petani dalam meningkatkan produktivitasnya, perlu dioptimalkan kinerjanya.
Keberpihakan ini adalah insentif bagi petani untuk tetap mempertahankan usahanya
dalam pertanian. Karena tanpa keberpihakan ini akan semakin banyak tenaga kerja
dan lahan yang akan beralih ke sektor-sektor lain yang insentifnya lebih
menarik.
Strategi
kedua adalah dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi sektor
lain yang akan menyerap pertumbuhan tenaga kerja Indonesia. Sektor ini juga
merupakan sektor yang jumlah tenaga kerjanya banyak, yaitu sektor perdagangan,
hotel, dan restoran serta industri pengolahan. Sarana pendukung seperti jalan,
pelabuhan, listrik adalah sarana utama yang dapat mengakselerasi pertumbuhan di
sektor ini.
Tantangan perekonomian di era globalisasi ini masih sama dengan era sebelumnya, yaitu bagaimana subjek dari perekonomian Indonesia, yaitu penduduk Indonesia sejahtera. Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, sekarang ada 235 juta penduduk yang tersebar dari Merauke sampai Sabang. Jumlah penduduk yang besar ini menjadi pertimbangan utama pemerintah pusat dan daerah, sehingga arah perekonomian Indonesia masa itu dibangun untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya.
Berdasarkan pertimbangan ini, maka sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka kita mulai mencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor pertanian kita juga semakin kuat.
Tantangan perekonomian di era globalisasi ini masih sama dengan era sebelumnya, yaitu bagaimana subjek dari perekonomian Indonesia, yaitu penduduk Indonesia sejahtera. Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, sekarang ada 235 juta penduduk yang tersebar dari Merauke sampai Sabang. Jumlah penduduk yang besar ini menjadi pertimbangan utama pemerintah pusat dan daerah, sehingga arah perekonomian Indonesia masa itu dibangun untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya.
Berdasarkan pertimbangan ini, maka sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka kita mulai mencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor pertanian kita juga semakin kuat.
Seiring
dengan transisi (transformasi) struktural ini sekarang kita menghadapi berbagai
permasalahan. Di sektor pertanian kita mengalami permasalahan dalam
meningkatkan jumlah produksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian
di Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena semakin terbatasnya lahan yang dapat
dipakai untuk bertani. Perkembangan penduduk yang semakin besar membuat
kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung kehidupan
masyarakat juga bertambah. Perkembangan industri juga membuat pertanian beririgasi
teknis semakin berkurang.
Selain
berkurangya lahan beririgasi teknis, tingkat produktivitas pertanian per
hektare juga relatif stagnan. Salah satu penyebab dari produktivitas ini adalah
karena pasokan air yang mengairi lahan pertanian juga berkurang. Banyak waduk
dan embung serta saluran irigasi yang ada perlu diperbaiki. Hutan-hutan tropis
yang kita miliki juga semakin berkurang, ditambah lagi dengan siklus cuaca El
Nino-La Nina karena pengaruh pemanasan global semakin mengurangi pasokan air
yang dialirkan dari pegunungan ke lahan pertanian.
Sesuai dengan permasalahan aktual yang kita hadapi masa kini, kita akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri. Di kemudian hari kita mungkin saja akan semakin bergantung dengan impor pangan dari luar negeri. Impor memang dapat menjadi alternatif solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan kita, terutama karena semakin murahnya produk pertanian, seperti beras yang diproduksi oleh Vietnam dan Thailand. Namun, kita juga perlu mencermati bagaimana arah ke depan struktur perekonomian Indonesia, dan bagaimana struktur tenaga kerja yang akan terbentuk berdasarkan arah masa depan struktur perekonomian Indonesia.
Sesuai dengan permasalahan aktual yang kita hadapi masa kini, kita akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri. Di kemudian hari kita mungkin saja akan semakin bergantung dengan impor pangan dari luar negeri. Impor memang dapat menjadi alternatif solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan kita, terutama karena semakin murahnya produk pertanian, seperti beras yang diproduksi oleh Vietnam dan Thailand. Namun, kita juga perlu mencermati bagaimana arah ke depan struktur perekonomian Indonesia, dan bagaimana struktur tenaga kerja yang akan terbentuk berdasarkan arah masa depan struktur perekonomian Indonesia.
Struktur
tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76
persen (BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar
20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja
dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel
dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.
Sedangkan
pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di sektor keuangan, asuransi,
perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa
pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor
pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orang yang
bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan sektor
keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling tinggi.
Data
ini juga menunjukkan peran penting dari sektor pertanian sebagai sektor tempat
mayoritas tenaga kerja Indonesia memperoleh penghasilan untuk hidup. Sesuai
dengan permasalahan di sektor pertanian yang sudah disampaikan di atas, maka
kita mempunyai dua strategi yang dapat dilaksanakan untuk pembukaan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di masa depan.
ü Strategi pertama adalah
melakukan revitalisasi berbagai sarana pendukung sektor pertanian, dan
pembukaan lahan baru sebagai tempat yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru
bagi masyarakat Indonesia. Keberpihakan bagi sektor pertanian, seperti
ketersediaan pupuk dan sumber daya yang memberikan konsultasi bagi petani dalam
meningkatkan produktivitasnya, perlu dioptimalkan kinerjanya. Keberpihakan ini
adalah insentif bagi petani untuk tetap mempertahankan usahanya dalam
pertanian. Karena tanpa keberpihakan ini akan semakin banyak tenaga kerja dan
lahan yang akan beralih ke sektor-sektor lain yang insentifnya lebih menarik.
ü Strategi kedua adalah dengan
mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi sektor lain yang akan
menyerap pertumbuhan tenaga kerja Indonesia. Sektor ini juga merupakan sektor
yang jumlah tenaga kerjanya banyak, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan
restoran serta industri pengolahan. Sarana pendukung seperti jalan, pelabuhan,
listrik adalah sarana utama yang dapat mengakselerasi pertumbuhan di sektor
ini.
Struktur
perekonomian Indonesia sekarang adalah refleksi dari arah perekonomian yang
dilakukan di masa lalu. Era orde baru dan era reformasi juga telah menunjukkan
bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor penting yang membuka banyak
lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Sektor pertanian juga menyediakan
pangan bagi masyarakat Indonesia.
Saat ini kita mempunyai kesempatan untuk mempersiapkan kebijakan yang dapat membentuk struktur perekonomian Indonesia di masa depan. Namun, beberapa permasalahan yang dihadapi sektor pertanian di masa ini perlu segera dibenahi, sehingga kita dapat meneruskan hasil dari kebijakan perekonomian Indonesia yang sudah dibangun puluhan tahun lalu, dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia sampai saat sekarang ini.
Saat ini kita mempunyai kesempatan untuk mempersiapkan kebijakan yang dapat membentuk struktur perekonomian Indonesia di masa depan. Namun, beberapa permasalahan yang dihadapi sektor pertanian di masa ini perlu segera dibenahi, sehingga kita dapat meneruskan hasil dari kebijakan perekonomian Indonesia yang sudah dibangun puluhan tahun lalu, dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia sampai saat sekarang ini.
2.3
PROGRAM PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN
Program
ini bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan dan keberlanjutan ketahanan
pangan sampai ke tingkat rumah tangga sebagai bagian dari ketahanan nasional.
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi :
1. Pengamanan ketersediaan pangan
dari produksi dalam negeri, antara lain melalui pengamanan lahan sawah di
daerah irigasi, peningkatan mutu intensifikasi, serta optimalisasi dan
perluasan areal pertanian.
2. Peningkatan distribusi pangan,
melalui penguatan kapasitas kelembagaan pangan dan peningkatan infrastruktur
perdesaan yang mendukung sistem distribusi pangan, untuk menjamin keterjangkauan
masyarakat atas pangan.
3. Peningkatan pasca panen dan
pengolahan hasil, melalui optimalisasi pemanfaatan alat dan mesin pertanian
untuk pasca panen dan pengolahan hasil, serta pengembangan dan pemanfaatan
teknologi pertanian untuk menurunkan kehilangan hasil (looses).
4. Diversifikasi pangan, melalui
peningkatan ketersediaan pangan hewani, buah dan sayuran, perekayasaan sosial terhadap
pola konsumsi masyarakat menuju pola pangan dengan mutu yang semakin meningkat,
dan peningkatan minat dan kemudahan konsumsi pangan alternatif/pangan lokal;
dan
5. Pencegahan dan penanggulangan
masalah pangan, melalui peningkatan bantuan pangan kepada keluarga miskin/rawan
pangan, peningkatan pengawasan mutu dan kemanan pangan, dan pengembangan sistem
antisipasi dini terhadap kerawanan pangan.
2.4
PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBINIS
Program
ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis yang mencakup
usaha di bidang agribisnis hulu, on farm, hilir dan usaha jasa pendukungnya.
Kegiatan pokok yang akan dilakukan dalam program ini meliputi:
1. Pengembangan diversifikasi
usahatani, melalui pengembangan usahatani dengan komoditas bernilai tinggi dan
pengembangan kegiatan off-farm untuk meningkatkan pendapatan dan nilai tambah;
2. Peningkatan nilai tambah
produk pertanian dan perikanan melalui peningkatan penanganan pasca panen,
mutu, pengolahan hasil dan pemasaran dan pengembangan agroindustri di perdesaan;
3. Pengembangan dan rehabilitasi
infrastruktur pertanian dan perdesaan, melalui perbaikan jaringan irigasi dan
jalan usahatani, serta infrastruktur perdesaan lainnya;
4. Peningkatan akses terhadap
sumberdaya produktif, terutama permodalan;
5. Pengurangan hambatan
perdagangan antar wilayah dan perlindungan dari sistem perdagangan dunia yang
tidak adil;
6. Peningkatan iptek pertanian
dan pengembangan riset pertanian melalui pengembangan dan pemanfaatan teknologi
tepat dan spesifik lokasi yang ramah lingkungan; dan
7. Pengembangan lembaga keuangan
perdesaan dan sistem pendanaan yang layak bagi usaha pertanian, antara lain
melalui pengembangan dan penguatan lembaga keuangan mikro/perdesaan, insentif
permodalan dan pengembangan pola-pola pembiayaan yang layak dan sesuai bagi
usaha pertanian.
2.5
PROGRAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI
Program
ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing masyarakat pertanian,
terutama petani yang tidak dapat menjangkau akses terhadap sumberdaya usaha
pertanian. Kegiatan pokok yang akan dilakukan dalam program ini adalah:
1. Revitalisasi sistem penyuluhan
pertanian, perikanan dan kehutanan yang secara intensif perlu dikoordinasikan
dengan pemerintah daerah baik propinsi maupun kabupaten;
2. Penumbuhan dan penguatan
lembaga pertanian dan perdesaan untuk meningkatkan posisi tawar petani dan
nelayan;
3. Penyederhanaan mekanisme
dukungan kepada petani dan pengurangan hambatan usaha pertanian;
4. Pendidikan dan pelatihan
sumberdaya manusia pertanian (a.l. petani, nelayan, penyuluh dan aparat
pembina);
5. Perlindungan terhadap petani
dari persaingan usaha yang tidak sehat dan perdagangan yang tidak adil; dan
6. Pengembangan upaya pengentasan
kemiskinan.
2.6
STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN BELAJAR DARI PENGALAMAN
NEGARA LAIN
NEGARA LAIN
Setidaknya
ada tiga pilar yang perlu dibangun guna mendukung sektor pertanian memiliki
dampak yang positif terhadap kaum miskin sebagaimana yang diungkapkan oleh
Prowse dan Chimhowu (2007) dalam studinya yang bertajuk “Making Agriculture
Work for The Poor” yakni :
ü Pertama pentingnya pembangunan
infrastruktur yang mendukung perekonomian masyarakat. Infrastruktur merupakan
faktor kunci dalam mendukung program pengentasan kemiskinan yang dalam hal ini
petani di pedesaan. Di Vietnam, pesatnya penurunan angka kemiskinan tak lepas
dari tingginya investasi untuk pembangunan irigasi dan jalan yang mencapai 60
persen dari total anggaran sektor pertanian mereka pada akhir dekade 1990-an.
Hal yang sama juga dilakukan di India yang membangun infrastruktur pedesaan.
Bahkan di Ethiopia yang pernah mengalami krisis pangan dan kelaparan pada
pertengahan dekade 1980-an, perbaikan jalan di pedesaan dan peningkatan akses
pasar bagi para petaninya mampu mengangkat tingkat kesejahteraan para petaninya.
ü Kedua, perluasan akses
pendidikan. Pendidikan memainkan peranan yang penting dalam mengentaskan
kemiskinan di pedesaan melalui tiga saluran yakni dimana tingkat pendidikan
berkaitan erat dengan peningkatan produktivitas di sektor pertanian itu
sendiri. Kemudian, pendidikan juga berhubungan dengan semakin luasnya pilihan
bagi petani untuk bisa bergerak di bidang usaha di samping sektor pertanian itu
sendiri yang pada gilirannya juga akan dapat meningkatkan investasi di sektor
pertanian. Terakhir, pendidikan juga berkontribusi terhadap migrasi pedesaan –
perkotaan. Namun demikian di India, Uganda, dan Ethipia migrasi terjadi antar
desa. Buruh tani yang berpendidikan di Bolivia dan Uganda lebih memiliki posisi
tawar yang tinggi dalam hal upah yang lebih baik (Mosley, 2004).
ü Ketiga, penyediaan informasi
baik melalui kearifan lokal setempat maupun fasilitasi dari pemerintah. (Umumnya
petani miskin memiliki kualitas modal sosial yang rendah yang berakibat
terhadap minimnya akses terhadap informasi seperti informasi kesempatan kerja,
informasi pasar mengenai input dan output pertanian, dan informasi mengenai
teknik – teknik pertanian terbaru. Kurangnya informasi ini merupakan salah satu
faktor utama yang menyebabkan mengapa petani kita tetap miskin).
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
§ Kemampuan pertanian untuk
memenuhi kebutuhan pangan kita sendiri, relatif telah dan sedang menurun dengan
sangat besar.
§ Pada waktu ini Indonesia
berada dalam keadaan "Rawan Pangan" bukan karena tidak adanya pangan,
tetapi karena pangan untuk rakyat Indonesia sudah tergantung dari Supply Luar
Negeri, dan ketergantungannya semakin besar.
§ Pasar pangan amat besar yang
kita miliki diincar oleh produsen pangan luar negeri yang tidak menginginkan Indonesia
memiliki kemandirian di bidang pangan.
3.2 Saran
§ Negara perlu merumuskan politik
dan kebijakan pertanian
yang jelas.
§ Meminimalisir dan menghentikan
praktek konversi lahan pertanian produktif dan dilakukan reforma agraria.
§ Meningkatkan luas lahan
pertanian oleh petani.
§ Mengoptimalkan lahan tidur yang di kuasai oleh
negara untuk kegiatan pertanian produktif.
§ Meningkatkan nilai tukar
petani
§ Membangun Agro-Industri
berbasis masyarakat di tngkat perdesaan.
§ Membuat regulasi mengenai upah
buruh tani.
0 komentar:
Posting Komentar